Hama
Hama adalah organisme yang dianggap
merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat
digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering
dipakai hanya kepada hewan.
Suatu
hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi
agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang
menjadi vektor penyakit bagi
manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
Dalam
pertanian, hama adalah
organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke
dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Istilah
"suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril"
dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi.
Bagi orang - orang yang mempunyai latar
belakang non pertanian, pasti mempunyai pertanyaan seperti judul di atas,
itulah yang juga terlintas di benak penulis. Maka tulisan kali ini, penulis
akan membahas mengenai Hama pada tumbuhan dan penyakit pada tumbuhan.
sebelum�
mengulasnya lebih dalam, ada baiknya kita memahami apa itu Hama Tumbuhan, dan
apa itu yang disebut penyakit tumbuhan.
Hama Tumbuhan adalah�organisme
yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkemabanganya terganggu.
Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau,
dan ulat. jadi hewan juga bisa menjadi Hama pada Tumbuhan. Hama ini menyerang
tumbuhan dengan cara memakan tumbuhan.
Sedangkan penyakit pada tumbuhan adalah
gangguan yang terjadi pada Tumbuhan yang disebabkan oleh Virus, Bakteri, dan
Jamur. Penyebab penyakit ini disebut pathogen. Berbeda dengan Hama, pathogen
tidak memakan tumbuhan akan tetapi penyakit lebih merusak proses - proses
perkembang biakan tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan.
Untuk membasmi, Hama dan Penyakit pada
Tumbuhan, seringkali para petani menggunakan racun-racun anti hama (pestisida).
Pestisida yang membasmi serangga (hama) disebut Insektisida. Adapun pestisida
yang membasmi Jamur (Penyakit) disebut dengan Fungsida.
Semoga dengan info ini, para pembaca
tertambah pengetahuan, dan bersama, kita dapat mencegah hama dan penyakit dari
tumbuhan atau pertanian di sekitar� kita.
Contoh Daun yang
terkena Virus
Contoh Hama pada
Tumbuhan disebabkan ulat yang memakannya.
MACAM-MACAM HAMA TANAMAN PADI
Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)
Tryporyza innotata dinamakan pengerek batang padi putih karena ngegatnya berwarna putih. Dahulu hama ini dikenal hama yang menghuni hamparan sawah tadah hujan. Hama ini dominan didaerah tadah hujan karena ham aini mampu berpuasa 3 sampai 6 bulan pada saat tanah sedang kering dan tidak ada tanaman padi. Namun demikian hama ini justru lebih banyak ditemukan didaerah berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara jawa). Perubahan prilaku ini diduga merupakan akibat dari pembangunan saluran irigasi dan pengaruh pestisida yang digunakan secara terus menerus.
Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)
Scirpopaga incertulas atau disebut juga Tryporyza incertulas dkenal sebagai pengerek batang padi kuning karena ngegatnya berwarna kuning kecoklatan. Ciri lain dari ngegat ini adalah titik hitam dibagian belakang sayap depannya. Pada ngegat betina titik hitam ini lebih besar dan lebih jelas disbanding dengan titik hitam yang ada pada ngegat jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai hama yang ada pada pengairan yang baik dimana ngegat tidak mengalami masa puasa. Namun demikian kini hama ini justru menyebar di daerah yang menanam padi dua kali setahun.
Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)
Sesamia inferen disebut sedagai pengerek batang padi merah jambu karena ulatnya berwarna merah jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek batang padi putih dan pengerek batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit dan belum pernah dilaporkan yang mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek batang padi merah jambu hanya menyerang bersama-sama dengan pengerek batang padi kuning atau pengerek batang apadi putih.
Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)
Chilo supressalis disebut pengerek batang apdi bergaris karena ulatnya memiliki dua garis memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.
Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)
Chilo polychrysus disebut pengerek batang padi berkepala hitam karena ngengatnya berkepala hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman padi.
Pengerek Batang Padi Mata Bertungkai (Diopsis macropthalma)
Diopsis macropthalma disebut penegerek batang padi mata bertangkai karena bagian kepalanya mempunyai tonjolan berwarna merah yang bagian ujungnya membulat seperti mata yang bertangkai. Hama ini ditemukan dibenua Afrika.
1. Hama Nematoda
Penyebab : Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus
Gejala yang terserang hama ini :
• Daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak.
• Daun berubah menjadi kuning kemudian mongering.
• Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
Pengendaliannya : meracuni pohon yang terserang dengan natrium arsenit dan setelah mati /
kering segera dibongkar untuk menghilangkan sumber infeksi.
==========================================================================
1. Hama Tungau
Penyebab : Tungau merah ( Oligonychus )
Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup disepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna bronz.
Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau.
Gangguan tungau pada pesemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.
Pengendalian : penyemprotan dengan akarisida Tetradifon (Tedion) 0,1 – 0,2 %. Racun ini dapat digunakan dengan baik karena tidak membunuh musuh alaminya.
================================================================================
1. Hama serangga.
Hama ulat setora, Setora nitens.
Kupu-kupu Setora meletakkan telurnya di bawah permukaan daun dekat pada ujungnya. Ulat Setora memakan daun dari bawah, sehingga kadang-kadang yang tersisa hanya lidinya saja.
Pengendalian : Ulat ini dapat dikendalikan dengan penyemprotan racun kontak, misalnya Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES, Dursban 20 EC dengan konsentrasi 0,2 – 0,3 %.
Kumbang oryctes , Oryctes rhinoceros
Gejala serangan : Kumbang dewasa masuk ke dalam daerah titik tumbuh dan memakan bagian yang lunak.bila serangan mengenai titik tumbuh, tanaman akan mati, tetapi bila makan bakal daun hanya menyebabkan daun dewasa rusak seperti terpotong gunting.
Pengendalian : untuk mencegah berkembangnya hama ini, kebersihan di sekitar tanaman harus dijaga baik. Sampah-sampah atau pohon yang mati dibakar agar larva hama ini mati.
Pemberantasan secara biologis dengan menggunakan cendawan Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus oryctes.
The oil palm bunch moth
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada
buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan.
Caranya sbb. : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
Penyebab : Ngengat Tirathaba mundella
Gejala serangan : Telur-telur Tirathaba diletakkan pada tandan buah terutama pada
buah-buah yang telah masak atau busuk. Setelah menetas, ulat atau larva melubangi buah-buah muda atau memakan permukaan buah yang matang.
Pengendalian : Ulat Tirathaba dapat dikendalikan dengan Dipterex atau Thiodan.
Caranya sbb. : 0,55 kg Dipterex atau Thiodan dilarutkan dalam air sebanyak 370 liter (dosis per hektar) dan diaduk sampai merata, selanjutnya disemprotkan pada kelapa sawit yang terserang ulat Tirathaba tersebut.
=================================================================================
1. Mamalia
Hama yang termasuk mamalia (binatang menyusui) adalah babi hutan dan kera. Hama ini sangat merusak tanaman kelapa sawit. Di beberapa daerah tertentu di Sumatera, gajah sering menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa sawit muda. Selain itu juga tikus (rodentia) merupakan hama yang merusak (memakan) buah kelapa sawit yang sudah tua.
MACAM-MACAM HAMA TANAMAN PISANG
ULAT PENGGULUNG DAUN (Erienota thrax.)
Penyebabnya adalah ulat Erionata thrax. Larva yang baru menetas memakan daun pisang dengan membuat gulungan daun. Seluruh siklus hidupnya terjadi di dalam gulungan daun. Daun terpotong-potong karena tergulung dan jika dibiarkan tanaman akan menjadi gundul.
Cara pengendaliannya adalah secara fisik, telur, ulat dan daun yang terkumpul kemudian dilenyapkan, selain itu dilakukan dengan memangkas daun yang terserang kemudian dibakar. Secara teknis daun pisang muda dirobek-robek agar ulat tidak bisa menggulung daun dan secara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida beracun kontak maupun beracun perut yang dilakukan saat telur baru saja menetas misalnya Diazinon 60 EC, Bayrusil 250 EC sesuai dengan dosis yang tertera pada kemasan.Dapat juga digunakan insektisida yang bersifat sistemik akan lebih efektif mengingat ulat daun ini tersembunyi dalam gulungan daun.dengan menggunakan insektisida yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubung dan sobek hingga tulang daun.
============================================
URET KUMBANG (PENGGEREK BONGGOL) (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Larva penggerek bonggol membuat terowongan pada bonggol pisang yang merupakan tempat masuknya bibit penyakit lain seperti Fusarium. Kerusakan berakibat lemahnya sistem perakaran dan transportasi makanan terhenti. Gejala serangan terlihat daun menguning dan ukuran tandan berkurang sehingga produksi menurun. Cara Pengendaliannya yaitu dengan sanitasi lingkungan, menangkap kumbang dewasa dengan perangkap yang terbuat dari bonggol pisang, menggunakan musuh alami dan insektisida berbahan aktif karbofuran dan monokrotofos dengan dosis seperti tertera pada kemasan.
Gejala:
lorong-lorong ke atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
==============================================
PENGGEREK BATANG (Odoiporus longicolis (Oliv)
Kerusakan akibat hama ini ditandai dengan adanya lubang disepanjang batang semu. Cara pengendaliannya yaitu : dengan sanitasi kebun, menggunakan musuh alami Plaesius javanicus dan penggunaan insektisida berbahan aktif Carbofuran.
===============================================
THRIPS (Chaetanaphotrips signipennis)
Hama ini menyerang bunga dan buah muda, akibatnya terdapat binti8k-bintik dan goresan pada kulit buah yang telah tua. Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar dan penyaputan tangkai tandan dengan insektisida berbahan aktif monocrotophos.
===================================================================
URET
Penyebabnya adalah hama uret, gejala serangan tampak pada batang yang berlubang hingga ke umbi bagian bawah. Gejala ini bisa tampak pada anakan pisang dan bibit yang masih muda. Pengendalian dilakukan dengan mencelupkan bibit pisang ke dalam larutan insektisida selama 15 menit.
===================================================================
NEMATODA (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
Penyebabnya adalah hama Nematoda Radopholus similis, gejala serangan yang nampak tanaman menjadi kerdil, akar tampak berbintik-bintik gelap, buah menjadi sedikit dan kecil-kecil. Pengendalian untuk mencegah nematoda ini diusahakan agar di sekitar tanaman pisang terdapat cacing gelang karena cacing ini bisa menghambat perkembangan nematoda. Dapat digunakan Furadan 3G yang dibenamkan di sekitar tanaman pisang.
========================================================================
ULAT BUNGA DAN BUAH (BURIK BUAH) (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
Serangan hama yang menyebabkan burik buah menyebabkan perkembangan buah menjadi terhambat, menimbulkan kudis pada buah sehingga menurunkan kualitas buah. Hama ini meletakkan telurnya diantara pelepah bunga dan segera setelah bunga muncul dari tanaman pisang. Hama langsung menggerek pelepah bunga dan bakal buah, terutama saat buah masih dilindungi oleh pelepah buah. Cara pengendaliannya yaitu dengan membungkus tandan buah saat bunga akan mekar.
=======================================================================
KUDIS BUAH PISANG
Penyebabnya adalah ngengat Nicoleia octamena . Gejala yang nampak seperti ada tato atau kudis sehingga kualitas buah turun karena kulit menjadi kasar, bentuk dan ukuran buah menjadi tidak sempurna. Pengendalian dengan cara penyemprotan insektisida pada jantung pisang yang telah terbuka seludangnya. Jenis insektisida yang efektif adalah Nogos 50 EC atau Basudin 60 EC
MACAM-MACAM HAMA TANAMAN KUBIS
Plutella ,xylostella L.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat daun kubis atau diamond back moth, termasuk ordo Lepidoptera, familiPlutellidae dan mernpunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Ngengat P. xylostella kecil berwarna coklat kelabu, pada sayap depan terdapat tanda ”tiga berlian”. Ngengat aktif pada senja dan malam hari dengan meletakkan telur tersebar pada daun. Stadium telur 3-5 hari. Larva instar pertama berukuran 1,2 mm berwarna hijau cerah dengan kepala tampak hitam. Stadium larva 7-11 hari. Pupanya tertutup oleh kokon, berwarna kuning pucat. Daur hidupnya berkisar 21 hari.Daun yang terserang P. xylostella berlubang-lubang kecil dan bila serangan berat, tinggal tulang daun.
Serangan berat terjadi pada musim kemarau, saat tanaman berumur 5-8 minggu. Tanaman inang P. xylostella adalah petsai, brokoli, dan kubis-kubisan lainnya.
Pengendalian dapat dilakukan dengan :
P. xylostella dapat dilakukan dengan mencari waktu tanam yang baik (sesuai dengan kondisi setempat)tumpangsari kubis dengan tomat
Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid larva Diadegma semiclausum Hellen dan
Apanteles plutellae Kurdj.
Penggunaan insektisida bila diternukan 5 ekor larva setiap 10 tanaman.
=====================================================================================================================
Crocidololia binotalis Zell.
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop kubis atau large cabbage heart caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, farnili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Ngengat C. binotalis berwarna kelabu kecoklatan dengan rentangan sayap 20 mm dan panjang 13 mm.
Telur diletakkan secara berkelompok pada daun dengan stadium 4 hari. Larvanya berwarna coklat sampai hijau tua. Stadium larva 14 hari. Pupanya berada dalam tanah. Daur hidup 24-32 hari.
Larva C. binotalis merusak kubis yang sedang membentuk krop, sehingga daun kubis berlubang-lubang.Kerusakan ringan berakibat menurunnya kualitas kubis sedang kerusakan berat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat dipanen. Tanaman inang C. binotalis adalah petsai dan kubis-kubisan.
Pengendalian C. binotalis dapat dilakukan dengan
- Tumpangsari kubis dengan tomat
- Konservasi musuh alami penggunaan parasitoid Sturmia incospicuoides Bar., Atrometus sp., Mesochorus so., dan.
Chelonus tabonus Sonar
- Penggunaan insektisida sintetik apabila ditemukan 3 ekor larva setiap 10 tanaman.
=======================================================================================================
Hellula undalis (F.)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat krop bergaris atau striped cabbage heart caterpillar, termasuk ordo Lepidoptera, famili Pyralidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Ngengat H undalis berwarna kelabu dan pada sayap depan terdapat garis-garis pucat serta titik-titik. Larvanya berwarna kuning kecoklatan dengan kepala hitam dan pada badannya terdapat enam garis yang memanjang berwarna coklat. Pupanya di tanah terbungkus kokon, tertutup oleh partikel tanah. Daur hidupnya 23-25 hari. Serangan larva muda seperti serangan yang disebabkan oleh Plutela sp. dan gejala serangan larva tua seperti gejala serangan Crocidolomia sp. Tanaman inang H.undalis adalah Petsai, sawi, lobak, dan, kubis tunas.
Pengendalian H. undalis dapat diakukan dengan
- Pemusnahan tanaman yang terserang
- Penyemprotan insektisida sistemik pada saat tanaman muda dan ditemukan gejala serangan.
============================================================================================================================================
Phyllotreta vittata F.
Serangga hama ini dikenal dengan kumbang anjing atau leaf beetle, termasuk ordo Coleoptera, famili Chrysomelidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Kumbang ini berwarna coklat kehitaman dengan sayap bergaris kuning. Panjang kumbang 2 mm. Telur diletakkan berkelompok pada kedalaman l-3 cm di tanah.Panjang larva 3-4 mm. Pupanya berada pada kedalaman tanah 5 cm. Daur hidupnya 3-4 minggu. Daun kubis yang terserang P. vittata berlubang-lubang kecil. Larvanya seringkali merusak bagian dasar tanaman dekat dengan permukaan. Tanaman inang P. vittata adalah petsai, lobak, dan sawi.
Pengendalian P. vittata dapat dilakukan dengan
- Pemusnahan tanarnan yang terserang
- Penggunaan insektisida bila ditemukan gejala serangan dan saat tanaman masih muda.
==========================================================================================
Spodoptera litura (F.)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat grayak atau army worm, termasuk ordo Lepidoptera, famili
Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur S litura diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah daun. Stadium telur 2-8 hari. Larva berwarna keabu-abuan dengan panjang larva instar akhir 50mm. Pupa berwarna coklat berada dalam tanah. Stadium pupa 9-10 hari. Ngengat berwarna agak keabu-abuan.Larva S. litura memakan daun dan pucuk tanaman kubis, sehingga daun transparan. Pada serangan berat tinggal tulang daun. Tanaman inang S. litura adalah kacang tanah, tembakau, bawang merah, dan ketela rambat.
Pengendalian S. litura dapat dilakukan dengan :
- Pergiliran tanaman dengan tanaman buhan inang
- Penanaman serempak
- Pengolahan tanah yang baik untuk mematikan larva/pupa dalam tanah.
- Pemusnahan kelompok telur dan larva
- Konservasi musuh alami seperti penggunaan parasitoid telur Telenomus spodopterae Dodd
- Penggunaan insektisida bila telah ditemukan gejala serangan.
==========================================================================================================================================
Chrysodeixis chalcites (Esp.)
Serangga hama ini dikenal dengan ulat jengkal atau green semilooper, termasuk ordo Lepidoptera, famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur C. chalcites diletakkan pada daun, berwarna keputihan. Stadium telur 3-4 hari. Larvanya berwarna hijau dengan stadium larva 14-19 hari. Pupanya di daun dengan stadium 6-11 hari. Ngengat berwarna coklat tua.
Daun kubis yang terserang C. chalcites akan tampak tinggal epidermis dan tulang daunnya. Tanaman inangC. chalcites adalah kentang, jagung, tembakau, apel, kacang tanah, rami, dan kacang hijau.
Pengendalian C. chalcites dapat dilakukan dengan
- Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
- Penanaman serempak
- Pemusnahan larva yang ditemukan
- Penyemprotan insektisida bila ditemukan gejala serangan.
====================================================================================================================================
Helicoverpa armigera Hubn.
Serangga hama ini dikenal dengan penggerek tongkol jagung atau corn earworm, termasuk ordo Lepidoptera,famili Noctuidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia. Telur H armigera diletakkan satu per satu pada daun kubis. Stadium telur 2-5 hari. Larvanya memakan daun kubis dengan stadium larva 17-24 hari. Pupanya terbentuk dalam tanah dengan stadium pupa 12-14 hari. Daun kubis yang terserang larva H. armigera berlubang-lubang. Bila serangan cukup tinggi, banyak daun kubis yang berlubang sehingga menurunkan kualitas kubis. Tanaman inang H. armigera adalah sorghum, kentang, tomat, jagung, tembakau, kapas, dan kacangkacangan.
Pengendalian H. armegera dapat dilakukan dengan
- Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang
- Pemusnahan larva yang diambil
- Konservasi musuh alarm yaitu penggunaaan parasitoid telur Trichogramma nana Zehntn.
=========================================================================================================
Myzus persicae (Sulz)
Serangga hama ini dikenal dengan kutu daun persik atau tobacco aphid termasuk ordo Homoptera,
famili Aphididae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.Nimfa dan serangga dewasa M persicae menyer ang per tanaman kubis dengan cara menghisap cairan daun kubis. Lamanya daur hidup berkisar 7-10 hari. Daun kubis yang terserang M. persicae memperlihatkan bercak coklat di sekitar tusukan stiletnya. Bila serangan tinggi akan menurunkan kualitas kubis. Tanaman inang M persicae adalah tembakau, cabe, tomat, kentang, dan petsai.
Pengendalian M persicae dapat dilakukan dengan
- Konservasi musuh alarm seperti penggunaan predator Menochilus sp. Dan kumbang Coccinellidae
- Penyemprotan insektisida sistemik bila ditemukan gejala serangan.
MACAM-MACAM HAMA TANAMAN HIAS
Coba bayangkan betapa sedihnya hati kita, kalau tiba-tiba melihat tanaman hias kesayangan kita menjadi rusak, robek, compang-camping, lemas, layu, atau bahkan mati akibat serangan hama. Belum lagi kerugian material yang harus kita tanggung. Untuk itu, mengenal, mencegah, atau menanggulangi serangan hama wajib diketahui secara dini.
Hama adalah hewan pengganggu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda. Setiap hama memiliki cara penanggulangan tersendiri. Berikut ini beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman, antara lain:
1. Kutu putih/kutu kebul
Kutu ini lebih banyak menyerang aglaonema di daratan rendah dibanding dengan di dataran tinggi. Kutu putih merupakan hama yang paling banyak ditemui menyerang tanaman hias. Kehadirannya cukup mudah dideteksi. Mereka bergerombol di batang, daun, ketiak daun, bawah daun sampai pucuk daun. Disebut kutu putih karena warnanya yang terlihat putih sebab adanya semacam serbuk berwarna putih yang menyelimuti tubuhnya.
Kutu putih mengisap cairan daun, sehingga menyebabkan daun menjadi kisut. Kutu putih juga mengeluarkan semacam cairan “madu” yang lama kelamaan akan berubah menjadi jelaga berwarna hitam di permukaan daun. Selain mengakibatkan kerusakan pada tanaman, kutu putih juga bisa menularkan virus dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
Beberapa hobis sering kesulitan memberantas kutu putih. Hal ini diakibatkan adanya semacam lapisan lilin yang menyelimuti tubuh si kutu. Lapisan lilin ini melindungi tubuh kutu putih termasuk dari serangan insektisida. Cara sederhana yang sering dilakukan adalah dengan menyemprotkan larutan detergen cair dengan dosis satu sendok makan detergen cair dengan satu liter air. Setelah di semprot dengan cairan detergen, maka lapisan lilin pada kutu putih akan hilang, dan warna kutu berubah menjadi kekuningan. Ini menandakan bahwa “perisai” si kutu sudah hilang. Sekarang giliran insektisida beraksi menumpas si kutu.
==============================================================================
2. Ulat
Hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu Spodoptera sp, ditandai dengan daun muda atau setengah tua yang rombeng dari pinggir. Ada juga ulat yang menyerang batang, yaitu Noctuidae. Penanggulangannya dapat dilakukan dengan mengambil ulat secara mekanis. Namun, bila jumlahnya sudah banyak, ulat dapat dibasmi dengan menyemprotkan insektisida 2 minggu sekali.
NOCTUIDAE
SPODOPTERA
===========================================================================
3. Belalang
Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
==========================================================================
4. Kutu perisai
Hama ini menyerang bagian daun. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun. Sesuai namanya, kutu ini memiliki bentuk fisik seperti perisai pada punggungnya. Kutu perisai dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.
===========================================================================
5. Root mealy bugs
Hama ini menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih. Tanaman menjadi kurus, kerdil, daunnya mengecil, dan layu. Anda dapat menanggulangi dengan mengganti media tanam.
==========================================================================
6. Kutu sisik
Menyerang bagian daun, pelepah, batang, dan bunga. Bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang jauh lebih kecil. Kutu sisik dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu, dan akhirnya mati
==========================================================================
7. Tungau (Thrips)
Tungau berbentuk seperti lintah dengan ukuran yang kecil dan melekat kuat dibalik daun serta pelepah tanaman. Thrips akan menghisap cairan tanaman sehingga akan membuat daun mengerut, menguning, kisut dan bahkan akhirnya mati. Pada serangan ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan mengerik kumpulan thrips dengan kuku atau alat lain.Tetapi pada serangan yang serius, maka digunakan insektisida.
===========================================================================
8. Keong tanpa cangkang
Hama ini berbentuk seperti siput yang berukuran kecil dan tidak mempunyai cangkang. Gejala serangan hampir mirip dengan serangan ulat atau belalang, tetapi dalam area yang lebih kecil karena pergerakan keong yang lambat. Keong tanpa cangkang aktif di malam hari, makanya pengendalian mekanis bisa dilakukan di malam hari.
============================================================================
9. Aphid
Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau atau coklat. Aphid mengisap cairan tanaman, sehingga menyebabkan daun menjadi keriting, tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan menjadi kerdil. Aphid juga mengeluarkan cairan seperti madu yang akan berubah menjadi jelaga hitam.
==========================================================================
10. Spider mite
Seperti namanya hama ini adalah keluarga laba-laba yang berbentuk kecil. Spider mite juga mengisap cairan pada tanaman. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya.
Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida. Untuk itu disarankan menggunakan akarisida.
============================================================================
11. Fungus gnats
Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.
===========================================================================
12. Cacing
Cacing yang sering menjadi hama adalah cacing liang (Radhopolus Similis) yang menghisap cairan pada akar tanaman. Gejala tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan.
Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.
Tikus yang sering di jumpai di kebun sawit
dunia kebun ― Menyambung
postingan sebelumnya mengenai Pengendalian Hama Tikus Pada Kelapa Sawit dengan
Umbi Gadung berikutJenis tikus yang paling sering dijumpai di perkebunan kelapa
sawit adalah tikus belukan (Rattus tiomanicus). Jenis lain yang sering dijumpai
adalah tikus sawah (Rattus rattus argentiventer), tikus huma (Rattus rattus
exulans), tikus rumah (Rattus rattus diardii) dan tikus wirok (Bandicota
indica). Hama ini tergolong mamalia. Menyerang tanaman pada semua umur, mulai
dari pembibitan hingga[...]

Hama dan Penyakit Penting Tanaman Pepaya

Serangan hama kutu putih pada tanaman pepaya yang dialami petani Boyolali (Kompas 26/10), sering kali dapat menimbulkan kerugian yang serius. Bahkan serangan hama tersebut menyebabkan separoh lebih populasi tanaman pepaya petani musnah. Para peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghorti) telah melakukan serangkaian kegiatan penelitiannya tentang hama dan penyakit penting tanaman pepaya yang bertujuan untuk lebih mengenali dan sekaligus menentukan cara pengendaliannya.
EKOLOGI HAMA PASCAPANEN (HAMA GUDANG)


1.
Faktor Iklim
Unsur-unsur iklim mikro yang sangat
berpengaruh pada perkembangan hama gudang, yaitu : temperatur, kelembaban,
kadar air dan aerasi. Unsur-unsur ini dapat mengembangkan, melumpuhkan,
menghambat perkembangbiakan atau memusnahkan populasi hama pascapanen. Suhu
lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
masa perkembangan. Pada Ordo Coleoptera dan Lepidoptera, kadar air lebih
dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan.
Kenaikan suhu lingkungan
meningkatkan aktivitas makan hama pascapanen pada batas tertentu. Hal ini
menjelaskan pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga
pascapanen. Fluktuasi suhu yang terjadi setiap harinya juga mempengaruhi
perkembangan hama pascapanen. Serangga yang hidup pada suhu tinggi masa
perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif walaupun dengan
rata-rata suhu yang sama tinggi. Sementara itu pada suhu rendah, masa
perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fluktuatif dengan rata-rata sama
rendah. Kadar air bahan simpan mempengaruhi lama stadium larva. Kadar air bahan
simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa
tidak terpengaruh.
Serangga mempunyai kisaran suhu
optimum untuk perkembangannya. Apabila suhu optimum tersebut tidak terpenuhi
maka akan terjadi penurunan populasi hama pascapanen contohnya pada Tribolium (Coleoptera
berumur panjang), suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37,5°C. Ketahanan hidup
hama tersebut akan turun apabila hidup pada lingkungan diluar kisaran suhu
tersebut dan kematian terbanyak terjadi pada larva instar awal. Hal serupa
terjadi juga pada hama pascapanen Rhyzopertha, Oryzaephilus dan Cryptolestes.
Peranan temperatur juga mempengaruhi perkembangan hidup hama pascapanen,
apalagi pada perlakuan fumigasi. Dilaporkan hama pascapanen yang hidup pada
temperatur tinggi akan lebih peka terhadap perlakuan fumigasi.
Kadar air pada biji berhubungan
dengan ketahanan hidup hama pascapanen. Apabila kadar air tinggi akan membuat
kondisi lingkungan sesuai untuk perkembangan hama pascapanen, sehingga
ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen
menurun bila kadar air pada biji rendah. Implikasinya, kalaupun pengendalian hama
tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), perlakuan
pengeringan dan pemanasan juga dapat dilakukan untuk pengendalian.
2.
Faktor Makanan
Ketahanan hidup dan produksi telur
serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan.
Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga
permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun
demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai
bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan
simpan.
Makanan yang cukup dan sesuai
dengan yang dibutuhkan hama pascapanen akan mendukung perkembangan populasi
hama, sebaliknya makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
akan menyebabkan hama tidak menyukai bahan simpan/makanan tersebut atau akan
dapat menekan populasi hama tersebut. Ketidakcocokan makanan dapat timbul
karena :
1.
Kurangnya kandungan
unsur yang diperlukannya;
2.
Rendahnya kadar air
dalam kandungan makanan;
3.
Permukaan material
(bahan pangan) terlalu keras;
4.
Bentuk material (bahan
pangannya).
Serangga memerlukan nutrisi yang
cukup untuk memproduksi telur. Lepidoptera biasanya mengakumulasi nutrisi pada
saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah banyak hanya pada hari-hari
pertama menjadi imago. Imago Coleoptera biasanya hidup lebih lama dan
memproduksi telur sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata. Dengan
demikian, imago Coleoptera berumur panjang dan membutuhkan nutrisi sepanjang
hidupnya.
Peningkatan suhu dan kadar air dari
bahan simpan akan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi telur
tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau
kadar air yang sama. Seperti yang terjadi pada Tribolium, ketahanan
hidup dan produksi telur yang dihasilkan pada tingkat reproduksi maksimum
terjadi pada suhu 270C dan kadar air 16%. Sejumlah ngengat diketahui
meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air, demikian pula kumbang Dermestes,
Callosobruchus
juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi.
Setelah mempelajari ekologi hama
pascapanen, dapat mempermudah tindakan yang harus dilakukan untuk mengendalikan
distribusi dan kelimpahan hama pascapanen di penyimpanan/gudang. Tindakan
pengendalian dengan memanipulasi ekologi hama pascapanen yang biasa digunakan
antara lain :
a.
Sortasi, yaitu memilih dan memisahkan produk yang
akan disimpan dalam gudang, mana yang terserang hama dan mana pula yang keadaan
atau kualitasnya benar-benar baik;
b.
Pengolahan, dimana produk-produk yang telah
terserang hama pascapanen dipisahkan, terutama jika kadar air masih tinggi,
dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan dengan cara penjemuran;
c.
Penataan, yang dimaksud disini ialah penempatan
produk di dalam gudang secara teratur dalam keadaan ruangannya yang bersih.
Vertebrata Hama : WERENG PUNGGUNG PUTIH
Wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horvarth), menyebar luas di beberapa wilayah. Di Indonesia S. furcifera merupakan serangga tua yang dikenal sejak tahun 1930. Pada MH 1982/83, hama ini telah menyerang pertanaman padi berumur 2-3 minggu setelah tanam seluas 500 ha di Perum Sang Hyang Seri. Varietas yang diserang ialah Cisadane, Cipunagara, Krueng Aceh, dan galur GH 147. Mulai 1995 yaitu setelah 13 tahun dari mulai menyerang varietas unggul baru dan galur atau 11 tahun sejak beratribut serangga k-strategik (yang mempunyai ciri perkembangbiakannya sangat lamban dan populasinya stabil rendah untuk mempertahankan makanan supaya tetap tersedia), perkembangan populasi S. furcifera mulai mengarah kepada serangga yang r-strategik dengan ciri yang sama seperti pada wereng coklat. Mulai tahun 2000 populasi S. furcifera di jalur pantura mendominasi populasi wereng coklat dan pada tahun 2009 sudah mulai menimbulkan ledakan sampai mati terbakar (hopperburn) pada tanaman padi hibrida SL-8. Di luar Jalur Pantura mulai Brebes-Jawa tengah sampai Mojokerto-Jawa Timur peningkatan populasi S. furcifera belum terlihat. Oleh karena itu serangan S. furcifera atau campuran S. furcifera dan wereng coklat perlu diwaspadai karena akan menjadi ancaman yang serius dan pada saat merealisasikan Peningkatan Produksi Padi Nasional (P2BN). Perlu menyediakan varietas tahan S. furcifera dan perlu pola distribusi varietas berdasarkan biotipe S. furcifera sejak awal. Bila terjadi serangan wereng coklat dan S. furcifera segera gunakan bahan kimia yang pemakaiannya berdasarkan patrun ambang ekonomi ganda antara dua wereng tersebut. Beberapa faktor yang diduga mendukung perkembangan hama ini adalah: penggunaan padi hibrida dan pemupukan yang berlebihan, teknik pengendalian yang kurang tepat, serta pengaruh cuaca
Uniaspis citri ( Kutu perisai/Kutu sisik)

Nama Umum : Kutu perisai/Kutu sisik
Spesies : Uniaspis citri
Ordo : Hemiptera
Family : Diaspididae
Sebaran : Sumatera,Jawa
Inang : Buah: Jeruk
Morfologi
Telur diletakkan oleh serangga betina secara terpisah. Peletakkan telur kedua tidak akan berlangsung apabila telur pertama belum menetas. Kutu dewasa berbentuk oblong. Serangga betina berwarna coklat dengan pinggiran berwarna abu-abu. Panjang kutu betina 1,5 - 2,25 mm. Serangga jantan berwarna putih. Spesies ini mengeluarkan sekresi toksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada pertanaman jeruk dan gugrnya daun. Kutu betina mengalami 2 kali pergantian kulit sebelum mencapai dewasa, sedangkan kutu jantan mengalami 3 kali pergantian kulit.Gejala
Bagian tanaman jeruk yang diserang oleh kutu ini adalah daun, buah dan tangkai. Kutu-kutu tersebut menyukai tempat-tempat yang terlindung, terutama banyak dijumpai di bawah permukaan daun di sepanjang tulang daun. Daun jeruk yang terserang akan berwarna kuning, terdapat bercak-bercak khlorotis dan seringkali gugur. Serangan yang lebih berat akan mengakibatkan ranting dan cabang menjadi kering, serta terjadi retakan-retakan pada kulit. Jika serangan terjadi di sekeliling batang, akan meninggalkan bercak-bercak hijau atau kuning pada kulit buah. Uniaspis citri banyak menyerang tanaman jeruk jenis Citrus nobilisPengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang mengandung kutu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar